1. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
2. HORMON-HORMON YANG TERKAIT DENGAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Hormon yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit :
- ADH
- Aldosteron
Fungsi : mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal mengsekresi kalium dan mengabsorbsi natrium. Akibatnya air juga diabsorbsi dan dikembalikan ke dalam darah.
- Hormon glukokortikoid
3.KESEIMBANGAN ASAM-BASAKeseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35.Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
- pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
- katabolisme zat organik
- disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
- perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
- mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
- mempengaruhi konsentrasi ion K
- mengaktifkan sistem dapar kimia
- mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
- mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
- Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonatDapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
- Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
- Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
4.TANDA DAN GEJALA GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Tanda dan gejala umum defisit cairan dan elektrolit, adalah :
Ø Turgor jelek (kembali lebih dari 5 detik)
Ø Kulit dan selaput lendir jelek
Ø Berat badan menurun
Ø Output urine menurun akibat produksi urine menurun
Ø Rasa lemah serta lemas
Ø Gemetar dan pucat
Ø Taclicardi dan dyspnca
Ø Eritrosit dan Hb serta Hematrokit meningkat
Ø Ubun-ubun cekung
Ø Pada keadaan yang lebih buruk terjadi shok hypavole
Tanda dan gejala yang khas pada keadaan defisit cairan dan elektrolit adalah :
Ø Turgor jelek (kembali lebih dari 5 detik)
Ø Kulit dan selaput lender jelek.
Ø Berat badan menurun
Ø Output urine menurun akibat produksi urine menurun
Ø Rasa lemah serta lemas
Ø Gemetar dan pucat
Ø Tachicardi dan dysprea
Ø Eritrosit dan hemoglobin serta hermatokrit meningkat
Ø Ubun-ubun cekung
Ø Pada keadaan yang lebih buruk terjadi shok hypouole.
Tanda dan gejala yang khas pada keadaan defisit cairan dan elektrolit adalah:
Ø Kalium
Hypokolemia : Mual, muntah, aritmia, kembung dan otot yang lembek dan kendor.
Hyperkolemia : Mual, kejang perut, oligerta, takikardi dan akhirnya bradikardi lemas
Ø Natrium
Hyponatremia : Kejang, mual dan muntah.
Hypernatremia : Kulit terasa panas temperature tubuh dan tekanan darah
meningkat,lidah kering dan kasar.
Ø Kalsium
Hypokalsemia : Rasacemas, iritabilitas dan tetani (kedutan sekitar mulut, kesemutan dan
boal pada jari-jari spasme kompo peda, kontraksi spasmudik spasme
laring dan kejang.
Hyperkalsemia : otot-otot yang kendor, nyeri sekitar daerah yang bertuang dan terjadinya
batu ginjal dengan komposisi kalsium.
1. Gangguan keseimbangan cairan
a. Dehidrasi
b. Syok hipovolemik
2. Gangguan keseimbangan elektrolit
a. Hiponatremia
Definisi : kadar NA+ serum dibawah normal (<135 mEq/L)
Causa : CHF,gangguan ginjal dan sindroma nefrotik,hipotiroid,penyakit addison.
Tanda dan Gejala :
1.) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual,muntah , sakit kepala dan kram otot.
2.) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam , bisa terjadi sakit kepala hebn koma,letargi,kejang,disorientasi dan koma.
3.) Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung,penyakit adddison)
4.) Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan,mungkin ada tanda-tand asyok seperti hipotensi dan takikardi.
b. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum diatas normal (>145 mEq/L)
Causa : kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi direutik,diuresis osmotik,diabetes insipidus,sekrosis tubulus akut,uropati,pasca obstruksi,nefropati hiperkalsemik atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala :
Iritabilitas otot,bingung,ataksia,tremor,kejang,dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
c. Hipokalemia
Definisi : kadar K+serum (<3,5 mEq/L)
Etiologi :
1.) Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah,sedot nasogastrik,diare,sindrom malabsorpsi,penyalgunaan pencahar)
2.) Diuretik
3.) Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
4.) Ekskresi berlebihan melalui ginjal
5.) Maldistribusi K+
6.) Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala :
Lemah ( terutama otot-otot proksimal) ,mungkin arefleksia,hipotensi ortostatik,penurunan mortilitas pencernaan yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel,reentry phenomena,dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar,gelombang U dan depresi segmen ST.
d. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum diatas normal (>5,5 mEq/L)
Etiologi :
1.) Ekskresi renal tidak adekuat ; misalnyapada gagal ginjal akut dan kronik ,diuretik hemat kalium,penghambat ACE.
2.) Beban kalium nekrosis sel yang masif yang disebkan trauma (cush injuries) ,pembedahan mayor,luka bakar,emboli arteri akut, hemolisis,perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam,transfusi darahdan penisilindosis tinggi juga harus dipikirkan.
3.) Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
4.) Insufisiensi adrenal
5.) Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
6.) 6) Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala :
Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
5.PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Terapi cairan
Teknik Pemberian
Keb. Cairan NaCl 3 % =2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
KCl 3,75 % = 1-3 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
Bicnat 7,5 % = 2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 1 cc
Dextrose 10 % = jumlah selebihnya
1. Terapi cairan
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas fisiologis.
Indikasinya antara lain:
a. Kehilangan cairan tubuh akut
b. Kehilangan darah
c. Anoreksia
d. Kelainan saluran cerna
Tujuan pemberian terapi cairan dijabarkan sebagai berikut :
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.
2. Teapi Elektrolit
a. Hiponatremia
1) Atasi penyakit dasar
2) Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
3) Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan, sedangkan hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena dapat menyebabkan central pontine myelinolysis
4) Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125 mEq/L digunakan rumus:
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)
TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
5) Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51 mEq/ml dan 0,86 mEq/ml)
6) Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretic
7) Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan kira-kira 1 mL/kg per jam.
b. Hipernatremia
1) Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal saline sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.
2) Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu dengan dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air. Defisit air tubuh ditaksir sbb:
Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) – air tubuh skrg
Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral.
c. Hipokalemia
1) Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini sering terjadi pada penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah.
2) Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah suplementasi dimulai.
3) Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb:
Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari.
4) Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
d. Hiperkalemia
1) Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum > 7 mEq/L
2) Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
3) Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan
4) Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit
5) Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter
6) Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15 ml/menit)
e. Penanganan Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1) Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal
2) Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi penyebab
3) Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: turunnya ventilasi dan terapi penyebab
4) Koreksi keadaan asidosis metabolik:
a. Pemberian Bicarbonat IV/ oral
b. Terapi penyebab
c. Koreksi keadaan alkalosis metabolik dengan cara: memberi KCl dan mengobati penyebab
6.MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN
Menghitung Kebuthan Cairan
· Menghtung Balance Cairan
TPM = Total Vol infuse (cc) x Factor Tetesan
Lama waktu penginfusan(menit )
Factor tetesan
Makro 1 cc = 60 tetes
Mikro 1 cc = 15 tetes atau 1 cc = 20 tetes
· Menghitung Jumlah Tetesan infus
TPM= Volume cairan infus x faktor tetes normal
Lama pemberian x 60
· Menghitung lama pemberian infus
LP = Volume cairan infus x faktor tetes normal
Order tetesan x 60
· Menghitung cairan yang diberikan pada pasien luka bakar
Dewasa= RL 4 ml x BB x % LB
Anak = RL 2 ml x BB x % LB
8 jam First and 16 jam continued
Kebutuhan Cairan anak sesuai BB
100ml untuk kg pertama
50ml untuk kg kedua
25ml untuk kg selanjutnya
Exc,Hitung kebutuhan cairan anak jika BB 26 kg
Keb.Cairan : (10x100)+(10x50)+(6x25)
: 1000+500+150
: 1650 ml
Rumus Hitung Cairan
Tetesan/menit = keb.cairan (cc) x tetesan dasar
Waktu 60(dtk)
Kebutuhan Cairan (cc) x 1/3 makro 1/1 mikro
Waktu/jam
· Kebutuhan cairan untuk Dehidrasi pd bayi Diare
BB x (D+M+C) cc
Dehidrasi (D) Ringan =5o cc, Sedang =80 cc, Berat =100 cc
Maintenance (M): Neonatus=140-120cc, 0-1 Th=120-100cc, 1-2 Th=100-90cc
2-4 Th = 90-80cc, 4-8 Th=80-70cc, 8-12 Th=70-60cc, >12 Th=60-50cc
Concimetten Loss: Muntah=25cc, BAB=25cc, Muntah+BAB =30cc
· Pemberian Infus pada Neonatus
Jumlah cairan = Keb. Cairan x BBKeb. Cairan NaCl 3 % =2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
KCl 3,75 % = 1-3 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
Bicnat 7,5 % = 2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 1 cc
Dextrose 10 % = jumlah selebihnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar